This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Cerita Sex Erangan Fara Sungguh Ganas

Cerita Sex Erangan Fara Sungguh Ganas
Cerita Mesum Erangan Fara Sungguh Ganas
Setibanya disana pukul 7 malam aku mengetuk pintunya karena pagarnya terkunci, tak lama kemudian Fara datang dan menemui dan dia tak tahu kalau aku datang di rumahnya.
Ehh kamu Yan, maaf pintunya udah saya gembok soalnya takut karena di rumah Fara sendirian sautnya.
Aku melihat tubuh Fara dia sedang memakai daster tipis karena waktu itu malam dan dia hendak tidur, daster yg dia pakai mempunyai potongan leher yg lebar dgn model tangan 'you can see'.

Kami kemudian ngobrol dan nonton TV sambil duduk bersebelahan di sofa ruang tengah. Selama ngobrol, Fara sering bolak-balik mengambil minuman dan snack buat kita berdua. Setiap dia menyajikan makanan / minuman di meja,

Secara tak sengaja aku mendapat kesempatan melihat kedalam dasternya yg menampilkan kedua payudaranya secara utuh karena Fara tak memakai BH lagi dibalik dasternya. Fara memang lebih cantik dari istriku,

Tubuhnya mungil dgn kulit yg putih dan rambut yg panjang tergerai. Walaupun sudah kawin cukup lama tapi karena tak punya anak tubuhnya masih terlihat langsing dan ramping. Payudaranya yg kelihatan olehku, walaupun tak terlalu besar tetapi tetap padat dan membulat.

Melihat pemandangan begini terus-menerus aku mulai tak bisa berpikir jernih lagi dan puncaknya tiba-tiba kusergap dan tindih Fara di sofa sambil berusaha menciumi bibirnya dan meremas-remas payudaranya.

Fara kaget dan menjerit, "Yan, apa-apaan kamu ini!".

Dengan sekuat tenaga dia mencoba berontak, menampar, mencakar dan menendang-nendang. Tapi perlawanannya membuat birahiku semakin tinggi apalagi akibat gerakannya itu pakaiannya menjadi makin tak karuan dan semakin merangsang.

"Breett..", daster bagian atas kurobek ke bawah sehingga sekarang kedua payudaranya terpampang dgn jelas. Putingnya yg berwarna coklat tua terlihat kontras dgn kulitnya yg putih bersih.
Fara terlihat shock dgn kekasaranku, perlawanannya mulai melemah dan kedua tangannya berusaha menutup dadanya yg terbuka.

"Yan.., ingat, kamu itu adikku..", rintihnya memelas.

Aku tak mempedulikan rintihannya dan terus kutarik daster yg sudah robek itu ke bawah sekaligus dgn celana dalamnya yg sudah aku tak ingat lagi warnanya. Sekarang dgn jelas dpt kulihat vaginanya yg ditumbuhi dgn bulu-bulu hitam yg terawat baik.


Setelah berhasil menelanjangi Fara, kulepaskan pegangan pd dia dan berdiri di sampingnya sambil mulai melepaskan bajuku satu persatu dgn tenang.

Fara mulai menangis sambil meringkuk di atas sofa sambil sebisa mungkin mencoba menutupi badannya dgn kedua tangannya. Saat itu pikiranku mulai jernih kembali menyadari apa yg telah kulakukan tapi pd titik itu, aku merasa tak bisa mundur lagi dan aku putuskan untk berlaku lebih halus.

Setelah aku sendiri telanjang, kubopong tubuh mungil Fara ke kamarnya dan kuletakkan dgn lembut di atas ranjang. Dengan halus kutepiskan tangannya yg masih menutupi payudara dan vaginanya, kemudian aku mulai menindih badannya.

Fara tak melawan. Fara memalingkan muka dgn mata terpejam dan berurai air mata tiap kali aku mencoba mencium bibirnya. Gagal mencium bibirnya, aku teruskan menciumi telinga, leher dada dan berhenti untk mengulum puting dan meremas-remas payudara satunya lagi. Fara tak bereaksi.

Aku lanjutkan petualangan bibirku lebih ke bawah, perut dan vaginanya sambil merentangkan pahanya lebar-lebar terlebih dahulu. Aku mulai dgn menjilati dan menghisap clitorisnya yg cukup kecil karena sudah disunat (sama dgn istriku). Fara mulai bereaksi. Setiap kuhisap clitorisnya Fara mulai mengangkat pantatnya mengikuti arah hisapan.

Kemudian dgn lidah, kucoba membuka labia minoranya dan memainkan lidahku pd bagian dlm liang senggamanya. Tangan Fara mulai meremas-remas kain sprei sambil menggigit bibir. Ketika vaginanya mulai basah kumasukkan jari menggantikan lidahku yg kembali berpindah ke puting payudaranya.

Mula-mula hanya satu jari kemudian disusul dua jari yg bergerak keluar masuk liang senggamanya. Fara mulai berdesah dan memalingkan mukanya ke kiri dan ke kanan. Sekitar dua / tiga menit kemudian aku tarik tanganku dari vaginanya.

Merasakan ini, Fara membuka matanya (yang selama ni selalu tertutup) dan menatapku dgn pandangan penuh harap seakan ingin diberi sesuatu yg sangat berharga tapi tak berani ngomong. Aku segera merubah posisi badanku untk segera menyetubuhinya. Melihat posisi 'tempur' seperti itu, pandangan matanya berubah menjadi tenang dan kembali menutup matanya.

Kuarahkan penisku ke bibir vaginanya yg sudah berwarna merah matang dan sangat becek itu. Secara perlahan penisku masuk ke liang senggamanya dan Fara hanya mengigit bibirnya. Tiba-tiba tangan Fara bergerak memegang sisa batang penisku yg belum sempat masuk, sehingga penetrasiku tertahan.

"Yan, kita tak boleh melakukan hal ini..", Kata Fara setengah berbisik sambil memandangku.

Tapi waktu kulihat matanya, sama sekali tak ada penolakkan bahkan lebih terlihat adanya birahi yg tertahan. Aku tahu dia berkata begitu untk berusaha memperoleh pembenaran atas perbuatan yg sekarang jadi sangat diinginkannya.

"Tidak apa-apa 'Na, kita kan bukan saudara kandung, jadi ni bukan incest", Jawabku.

"Nikmati saja dan lupakan yg lainnya".

Mendengar perkataanku itu, Fara melepaskan pegangannya pd penisku yg sekaligus aku tangkap sebagai instruksi untk melanjutkan 'perkosaannya'. Dalam 'posisi standard' itu aku mulai memompa Fara dgn gerakan perlahan, tiap kali penisku masuk, aku ambil sisi liang senggama yg berbeda sambil mengamati reaksinya.

Dari eksperimen awal ni aku tahu bahwa bagian paling sensitif dia terletak pd dinding dlm bagian atas yg kemudian menjadi titik sasaran penisku selanjutnya.

Strategi ni ternyata cukup efektif karena belum sampai dua menit Fara sudah orgasme, tangannya yg asalnya hanya meremas-remas sprei tiba-tiba berpindah ke pantatku. Fara dgn kedua tangannya berusaha menekan pantatku supaya penisku masuk semakin dalam, sedangkan dia sendiri mengangkat dan menggoyangkan pantatnya untk membantu semakin membenamnya penisku itu. Untuk sementara kubiarkan dia mengambil alih.

"sshh.., aahh", rintihnya berulang-ulang tiap kali penisku terbenam.

Setelah Fara mulai reda, inisiatif aku ambil kembali dgn merubah posisi badanku untk style 'pumping flesh' untk mulai memanaskan kembali birahinya yg dilanjutkan dgn style 'stand hard' (kedua kaki Fara dirapatkan, kakiku terbuka dan dikaitkan ke betisnya).

Style ni kuambil karena cocok dgn cewek yg bagian sensitifnya seperti Fara dimana vagina Fara tertarik ke atas oleh gerakan penis yg cenderung vertikal. Fara mengalami dua kali orgasme dlm posisi ini.

Ketika gerakan Fara semakin liar dan jg aku mulai merasa akan ejakulasi aku rubah stylenya lagi menjadi 'frogwalk' (kedua kaki Fara tetap rapat dan aku setengah berlutut/berjongkok).

Dalam posisi ni tiap kali aku tusukkan penisku, otomatis vagina sampai pantat Fara akan terangkat sedikit dari permukaan kasur menimbulkan sensasi yg luar biasa sampai pupil mata Fara hanya terlihat setengahnya dan mulutnya mengeluarkan erangan bukan rintihan lagi.

"Na, aku sudah mau keluar. Di mana keluarinnya?", Kataku sambil terus memompa secara pelan tapi dalam.

"di dlm saja.., di dlm saja, aahh.., jangan pedulikan", Fara mejawab ditengah erangan kenikmatannya.

"Aku keluar sekarraang..", teriakku.
Aku tekan vaginanya keras-keras sampai terangkat sekitar 10 cm dari kasurnya dan cairan kenikmatan tersemprot dgn kerasnya yg menyebabkan untk sesaat aku lupa akan dunia.

"Jangan di cabut dulu Yan..", bisik Fara.

Sambil mengatur napas lagi, aku rentangkan kembali kedua paha Fara dan aku pompa penisku pelan-pelan dgn menekan permukaan bawah vagina pd waktu ditarik. Dengan cara ni sebagian sperma yg tadi disemprotkan bisa dikeluarkan lagi sambil tetap dpt menikmati sisa-sisa birahi. Fara menjawabnya dgn hisapan-hisapan kecil pd penisku dari vaginanya

"Yan, kenapa kamu lakukan ni ke Fara?", tanyanya sambil memeluk pinggangku.

"Kamu sendiri rasanya gimana?", aku balik bertanya.

"Mulanya kaget dan takut, tapi setelah kamu berubah memperlakukan Fara dgn lembut tiba-tiba birahi Fara terpancing dan akhirnya turut menikmati apa yg belum pernah Fara rasakan selama ni termasuk dari suami Fara", Jawabnya.


Kita kemudian mengobrol seolah-olah tak ada kejadian apa-apa dan sebelum pulang kusetubuhi Fara sekali lagi, kali ni dgn sukarela. Sejak malam itu, aku 'memelihara' kakak iparku dgn memberinya nafkah lahir dan batin menggantikan suaminya yg sudah tak mempedulikannya lagi.

Fara tak pernah menuntut lebih karena istriku adlh adiknya dan aku membalasnya dgn menjadikan 'pendamping tetap' tiap aku pergi ke luar kota / ke luar negeri.

other source : http://tribunnews.com, http://detik.com, http://majalahabg.com

0 Response to "Cerita Sex Erangan Fara Sungguh Ganas"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *