baca96.blogspot.com - Dari Jabir RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya orang yg paling aku cintai dan paling dekat duduk bersamaku pd hari Kiamat di antara kalian adlh orang-orang yg paling baik akhlaqnya. Dan sesungguhnya orang yg paling aku benci dan paling jauh duduk bersamaku di antara kalian pd hari Kiamat adlh tsartsarun (orang-orang yg banyak bicara), mutasyaddiqun (orang yg suka berpanjang lebar, menunjukkan kefasihan dlm bicara), dan mutafaihiqun.’
Para sahabat berkata, ‘Ya Rasulullah, sungguh kami tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun. Tapi apa arti mutafayhiqun?’.
Beliau menjawab, ‘Yakni orang yg angkuh, sombong, dan berlagak menunjukkan kepandaiannya serta melemahkan pihak lain’.(Diriwayatkan At-Tirmidzi)
Hadits ni diriwayatkan At-Tirmidzi dlm kitab Kebaikan dan Silaturahim bab Keluhuran Akhlaq.
Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah mendeskripsikan secara singkat makna akhlaq yg baik sebagai keramahan dan keceriaan muka, mendermakan dan mengerahkan segala kemampuan demi kebaikan, dan mencegah keburukan.
Tentang kedudukan orang yg berakhlaq mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya sampai di sini sudah cukup. Yang penting di sini, seyogianya seorang muslim menghindarkan diri dari sifat-sifat angkuh dan sombong dlm pergaulan, terutama dlm berbicara. Orang-orang adakalanya suka menonjolkan kealiman, kefasihan, dan kepiawaiannya dlm merangkai kata, demi membuat manusia takjub dan tujuan duniawi lainnya. Itu dpt menunjukkan kesombongan.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani suatu ketika ditanya, Wahai Imam, apa yg menyebabkan majelismu dihadiri dan disimak banyak orang?
Beliau menjawab, Katakanlah sesuatu yg terbetik di hatimu secara jujur dan sederhana saja. Hindari berpanjang kalam dlm menunjukkan kehebatan dirimu demi membuat orang lain takjub.
Al-‘Aquli berkata dlm syarah kitab Al-Mashabih, sebagaimana dikutip Ibn ‘Allan dlm kitab Dalil Al-Falihin, Hadits ni muncul karena sebuah realitas bahwa orang-orang mukmin pd sisi keimanannya memang patut dihargai dan saling mengasihi tapi adakalanya mereka saling mengklaim keutamaan dlm sifat-sifat kebaikan dan cabang-cabang keimanan. Yang merasa utama lalu mengunggulkan dirinya dlm kebaikan dan membedakan yg lain dgn keburukan. Maka mereka jadi dibenci pd sisi itu. Lalu sebagian mereka lebih dibenci pd sebahagian yg lain. Sehingga ada seorang yg disukai pd satu sisi tapi dibenci pd sisi lain.
Hal inilah yg mendasari Rasulullah SAW untk mencintai orang-orang yg beriman seutuhnya dan seluruhnya, terutama dari sisi keimanan mereka yg berakhlaq mulia, sebagaimana kebencian beliau kepada mereka yg bermaksiat, tapi lebih membenci mereka yg bermaksiat dengan keburukan akhlaq.
Al Kisah
Para sahabat berkata, ‘Ya Rasulullah, sungguh kami tahu arti tsartsarun dan mutasyaddiqun. Tapi apa arti mutafayhiqun?’.
Beliau menjawab, ‘Yakni orang yg angkuh, sombong, dan berlagak menunjukkan kepandaiannya serta melemahkan pihak lain’.(Diriwayatkan At-Tirmidzi)
Hadits ni diriwayatkan At-Tirmidzi dlm kitab Kebaikan dan Silaturahim bab Keluhuran Akhlaq.
Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah mendeskripsikan secara singkat makna akhlaq yg baik sebagai keramahan dan keceriaan muka, mendermakan dan mengerahkan segala kemampuan demi kebaikan, dan mencegah keburukan.
Tentang kedudukan orang yg berakhlaq mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya sampai di sini sudah cukup. Yang penting di sini, seyogianya seorang muslim menghindarkan diri dari sifat-sifat angkuh dan sombong dlm pergaulan, terutama dlm berbicara. Orang-orang adakalanya suka menonjolkan kealiman, kefasihan, dan kepiawaiannya dlm merangkai kata, demi membuat manusia takjub dan tujuan duniawi lainnya. Itu dpt menunjukkan kesombongan.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani suatu ketika ditanya, Wahai Imam, apa yg menyebabkan majelismu dihadiri dan disimak banyak orang?
Beliau menjawab, Katakanlah sesuatu yg terbetik di hatimu secara jujur dan sederhana saja. Hindari berpanjang kalam dlm menunjukkan kehebatan dirimu demi membuat orang lain takjub.
Al-‘Aquli berkata dlm syarah kitab Al-Mashabih, sebagaimana dikutip Ibn ‘Allan dlm kitab Dalil Al-Falihin, Hadits ni muncul karena sebuah realitas bahwa orang-orang mukmin pd sisi keimanannya memang patut dihargai dan saling mengasihi tapi adakalanya mereka saling mengklaim keutamaan dlm sifat-sifat kebaikan dan cabang-cabang keimanan. Yang merasa utama lalu mengunggulkan dirinya dlm kebaikan dan membedakan yg lain dgn keburukan. Maka mereka jadi dibenci pd sisi itu. Lalu sebagian mereka lebih dibenci pd sebahagian yg lain. Sehingga ada seorang yg disukai pd satu sisi tapi dibenci pd sisi lain.
Hal inilah yg mendasari Rasulullah SAW untk mencintai orang-orang yg beriman seutuhnya dan seluruhnya, terutama dari sisi keimanan mereka yg berakhlaq mulia, sebagaimana kebencian beliau kepada mereka yg bermaksiat, tapi lebih membenci mereka yg bermaksiat dengan keburukan akhlaq.
Al Kisah
other source : http://hipwee.com, http://imgur.com, http://mushollarapi.blogspot.com
0 Response to "Menjaga Ahlak Mulut Bag. 2 - Adab"
Posting Komentar