baca96.blogspot.com - Hai Mba Endang apa kabar? Maaf Mba saya baru bales karena banyak acara yg saya lalui meskipun saya sendiri tak terjun langsung ke acara tersebut, tapi terharu bahagia saya rasakan di sela2 menanti resep papeda dari Ibu saya :). Sejak liat komenku di bales Mba Endang, di saat itu jg saya langsung Whatsapp Ibuku untk minta resep papeda. "Buk minta resep papeda donk". "Ibu lagi dinas di Tretes 2 hari, ntar ya kalo udah di rumah aja, tak liat nya catetan biar manteb".
Sepenggal paragraf diatas saya ambil dari email kiriman Mba Anti, salah seorang pembaca JTT yg beberapa waktu lalu menawarkan resep papeda khas keluarganya. Resep ni telah lama menjadi koleksi Ibunda tercinta dan selalu mencetak hits ketika dihadirkan di keluarga. Sudah lama saya memang ingin membuat papeda, tetapi ragu karena belum pernah mencicipi masakan ni secara langsung, dan belum menemukan sebuah resep handal di tangan. Jadi ketika tawaran Mba Anti datang, bagaikan pengembara di padang pasir yg tiba-tiba melihat oase di tengah haus yg menggigit, saya pun langsung mengiyakan tawaran resep gratis tersebut dgn antusias. ^_^
Berhubung karena Ibu saya jg sedang berkunjung ke Jakarta untk menengok Aruna, putri mungil Tedy yg baru dilahirkan bulan lalu, maka awalnya saya bermaksud untk memasaknya di rumah Wiwin, adik saya, agar kami semua bisa menyantapnya beramai-ramai. Tapi Sabtu weekend lalu, perjalanan panjang ke rumah Tedy di Cilebut, dan ketika kembali ke Jakarta hari sudah hampir menjelang senja maka rencana tersebut saya batalkan. Di hari Minggunya, semua anggota keluarga termasuk saya, sejak pagi telah sibuk dgn acaranya masing-masing dan rencana untk mengeksekusi resep ni pun tertunda.
Tapi resep papeda seakan menari-nari di dlm kepala saya, meminta untk segera dicoba. Jadi sore harinya ketika kembali ke rumah Pete saya pun nekat singgah di supermarket Hari-Hari untk membeli seekor ikan kakap dan pernik-pernik membuat papeda lainnya. Walau jam telah menunjukkan pukul empat sore, dan saya harus mengejar sinar matahari yg sebentar lagi hilang ditelan senja demi sebuah foto yg cantik, tapi misi tetap harus dilaksanakan. Untungnya membuat papeda sangat lah mudah, jadi sebelum pukul lima, masakan ni telah matang dan saya bisa beraksi di teras rumah Pete mengambil foto dari berbagai sudut ditemani sinar mentari sore yg masih benderang.
Bagi anda yg mungkin masih asing tentang makanan bernama papeda, maka deskripsi singkat saya berikut ni yg diambil dari Wikipedia mungkin bisa membantu. Papeda merupakan bubur sagu khas Maluku dan Papua. Biasanya ditemukan di daerah Indonesia Bagian Timur, karena masyarakat disana umumnya lebih banyak menjadikan sagu sebagai makanan pokok mereka dibandingkan dgn beras. Bubur sagu ni dibuat dgn cara memasak larutan tepung sagu dan air hingga menggumpal. Papeda memiliki tekstur, warna dan kekentalan seperti lem.
Karena tak memiliki rasa sama sekali alias tawar, maka biasanya bubur sagu ni disajikan bersama sup ikan yg terbuat dari ikan tongkol, tuna, makerel / mubara. Sup ikan ni berwarna kekuningan karena dibumbui dgn kunyit dan terasa asam segar karena jus jeruk nipis yg dikucurkan ke dalamnya. Selain sup ikan, papeda jg dikonsumsi bersama tumis bunga pepaya dan tumis kangkung, kedua sayuran ni seringkali menjadi sayuran pelengkap untk menemani papeda.
Kangkung kukus |
Kemangi, daun rempah yg membuat sedap sup ikan |
Saya sendiri sebenarnya cukup beruntung karena beberapa tahun yg lampau pernah berkunjung ke Jayapura. Saat itu saya masih berprofesi sebagai trainer sehingga sering mendapat tugas mengajar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adlh ke Jayapura, Papua. Jayapura merupakan petualangan mengajar yg menurut saya sangatlah berkesan, selain karena saya harus pergi seorang diri kesana jg karena jaraknya yg sangat jauh dari Jakarta membuat tugas mengajar ke kota ni terbilang langka untk didapatkan.
Berangkat di malam hari, terbang selama enam setengah jam setelah transit sebanyak dua kali di Ujungpandang dan Biak, akhirnya di pagi hari saya tiba di Bandara Sentani. Rasa lelah dan mengantuk seketika hilang ketika pesawat yg hendak mendarat terlebih dahulu harus melewati pemandangan spektaluer danau Sentani yg luar biasa indah. Danau terbesar kedua di Indonesia ni berwarna biru kehijauan dihiasi dgn pulau-pulau kecil didalamnya dan rimbunnya pepohonan yg subur. Tanah Papua memang luar biasa subur dan indah.
Sayangnya waktu saya sangat singkat disana, hanya satu malam dua hari. Jadi ketika usai mengajar di sore harinya, saya pun kembali ke Hotel Yasmin untk beristirahat. Tidak ada petualangan kuliner yg seru, tak ada papeda yg harus dicicipi karena saya bersama rekan-rekan kantor cabang di Irian Jaya hanya bersantap ikan bakar di salah satu restoran kecil di tepi jalan. Tapi yg membuat saya takjub, ketika malam semakin larut suasana jalanan di depan hotel semakin ramai dan meriah, membuat saya penasaran dan akhirnya berjalan keluar kamar. Saat itu telah pukul sembilan malam, muda-mudi Papua tampak ramai memenuhi jalanan di depan hotel. Mereka bernyanyi dan bergoyang, membuat saya mengira sebuah karnaval sedang dilangsungkan di malam hari. Tapi info dari petugas hotel membuat saya takjub, tiap malam memang jalanan itu selalu ramai dgn muda-mudi yg sedang berjalan-jalan, menari dan berjoget bersama.
Saya tak berminat dgn kegiatan seperti pesta ni tapi sebuah lapangan parkir yg terletak di seberang jalan dan berdekatan dgn supermarket Gelael penuh sesak dgn penduduk lokal yg sedang menjajakan dagangannya. Wah, pasar tumpah di malam hari, jerit saya excited. Pasar tradisional apapun bentuknya merupakan tempat yg selalu mampu menarik perhatian saya, apalagi ni pasar tradisional di malam hari di Papua! Ibu-ibu tampak duduk bersimpuh di tanah dan dihadapan mereka terlihat aneka sayuran segar, ikan asap, bumbu dapur, buah-buahan lokal dijajakan dlm gundukan-gundukan kecil. Mata saya melotot memandang kangkung raksasa yg ukurannya tobat besarnya, mulut ni rasanya sudah ingin mengunyah batangnya yg terlihat segar. Dengan ramahnya mereka melayani pertanyaan saya dan beberapa ekor ikan tongkol asap akhirnya masuk ke dlm koper saya bersama berkilo-kilo buah matoa yg sedap. Senyum ramah mereka yg terkembang lebar membuat saya merasa betah berlama-lama disana. Ah, saya cinta Papua dan berharap suatu hari bisa datang lagi kesana!
Kembali ke resep papeda yg dikirimkan Mba Anti, tak ada yg sulit dlm membuatnya. Anda bisa menggunakan jenis ikan apapun, tapi ikan laut terutama ikan kakap merah akan memberikan hasil yg paling maknyus. Untuk membuat kuahnya terasa asam maka digunakan belimbing wuluh, tapi peran si belimbing sayur ni bisa digantikan dgn air jeruk nipis, tomat muda, air asam jawa, / cuka masak biasa. Bumbunya simple, sederhana dan rendah hati, se-humble masyarakat lokal Papua yg ramah, dan friendly. Tapi rasanya yg nendang mampu membuat sepanci papeda amblas tak bersisa. Atau jika anda tak terbiasa dgn bubur sagu yg terasa seperti lem ni maka santap sup ikan dgn nasi putih biasa.
Menyantap papeda memang membutuhkan skill dan jam terbang, bubur sagu ni sangat sulit diraih dgn sendok terutama jika anda menggunakan sendok stainless steel. Jadi jangan dicoba menggunakan sendok besi / sejenisnya, bisa-bisa sampai besok anda tak selesai menyantap sepiring papeda. Tips yg pernah saya baca adlh dgn melilitkan bubur di potongan kayu yg berbentuk seperti sumpit / menggunakan sendok kayu. Atau cara termudah adlh dgn menyeruput si bubur dari tepian piring. Konsistensinya yg kental dan mulur, membuatnya mudah ditarik dgn bibir ketika diseruput. ^_^
Berikut resep dan prosesnya ya. Terima kasih atas resep mantapnya ya Mba Anti dan Ibu Susi Wibawati!
Papeda Resep diadaptasikan dari resep keluarga Susi Wibawati (Ibunda tercinta dan tersayang dari Mba Anti)
Untuk 4 porsi
Tertarik dgn resep tradisional Indonesia lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Rawon Ngawi 'Nendang' a la My Mom
Lempah Kuning Khas Bangka
Soto Banjar a la Just Try & Taste
Bahan: - 1 ekor ikan kakap merah berat sekitar 1 kg (bisa menggunakan jenis ikan lainnya, seperti kerapu, bawal, ekor kuning, kembung, tapi kakap merah memberikan rasa yg mantap) - 1 butir jeruk nipis - 1 sendok makan garam
Bumbu dihaluskan: - 5 siung bawang merah - 5 siung bawang putih - 1 ruas jari kunyit segar - 3 buah cabai merah keriting - 8 buah cabai rawit (kurangi jika tak suka pedas)
Bahan & bumbu lainnya: - 2 sendok makan minyak untk menumis - 2 batang serai, ambil bagian putihnya dan memarkan - 10 buah belimbing wuluh, belah membujur menjadi 2 bagian (kurangi jumlahnya jika tak suka masakan terlalu asam) - 800 ml air panas mendidih - 1/2 sendok makan garam - kaldu bubuk instan secukupnya (jika pakai) - 2 buah tomat merah, belah masing-masing menjadi 6 bagian - 1 ikat besar kemangi, ambil daun dan pucuk mudanya
Bahan untk bubur sagu: - 5 sendok makan tepung sagu / tapioka diencerkan dgn 150 ml air - 800 ml air
Pelengkap:- 2 ikat kangkung, siangi dan kukus hingga matang (resep asli menggunakan bayam)- sambal tomat (saya tak pakai)
Cara membuat:
Siapkan ikan kakap, siangi sisiknya dan buang insang dan isi perutnya. Potong ikan sesuai selera, saya memotongnya menjadi 5 bagian. Lumuri ikan dgn air perasan jeruk nipis dan garam hingga rata termasuk kedalam rongga badannya. Diamkan selama 20 menit. Cuci hingga bersih. Sisihkan.
Siapkan daun kemangi, ambil daun dan pucuk mudanya. Cuci bersih dan sisihkan. Siapkan kangkung, siangi dan kukus hingga matang. Angkat dan sisihkan.
Siapkan panci, anti lengket lebih baik. Panaskan 2 sendok makan minyak, tumis bumbu halus hingga harum, matang dan berwarna agak gelap. Masukkan serai, belimbing wuluh, tumis dan aduk hingga harum.
Masukkan potongan ikan, aduk-aduk sebentar hingga ikan terlumuri bumbu dan berubah warnanya menjadi tak transparan. Tuangkan air panas mendidih ke dlm tumisan ikan, tambahkan garam dan kaldu bubuk instan (jika pakai).
Tambahkan irisan tomat, dan masak dgn api kecil hingga mendidih dan ikan matang, sekitar 15 - 20 menit. Cicipi rasanya, sesuaikan rasa asinnya. Tambahkan daun kemangi, aduk perlahan agar daun layu. Angkat.
Jika ingin rasa asam belimbing wuluh lebih kuat, maka ketika masakan telah matang, hancurkan beberapa potong buah belimbing di kuah dgn menggunakan sendok hingga tercipta rasa asam yg pas.
Cara membuat bubur sagu:
Siapkan panci, masukkan air dan masak hingga mendidih. Tuangkan perlahan larutan tepung sagu/tapioka ke dlm rebusan air, sambil diaduk dgn cepat hingga larutan sagu habis. Masak dan aduk bubur sagu hingga terasa berat ketika diaduk, artinya bubur telah matang. Angkat.
Hasilnya adlh bubur sagu yg transparan seperti lem. Berat, pekat dan kental.
Cara penyajian:
Siapkan piring, ambil bubur menggunakan centong nasi / spatula kayu seperti yg saya gunakan pd foto diatas. Menggunakan bahan stainless steel/alumunium / bahan besi lainnya akan membuat bubur susah untk disendokkan.
Letakkan bubur di piring, letakkan rebusan daun kangkung dan sambal tomat (jika pakai), Tambahkan ikan di atas bubur, siram dgn kuahnya banyak-banyak. So yummy!
Sources:
Wikipedia - Papeda (food)
Wikipedia Indonesia - Papeda
0 Response to "Resep Kiriman Pembaca JTT - Papeda, The delicious Papua"
Posting Komentar