This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Istri Shalihah, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya

baca96.blogspot.com - Istri Shalihah, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya

Kamis, 30-Agustus-2007
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah Apa yg sering diangankan oleh kebanyakan laki-laki tentang wanita yg bakal menjadi pendamping hidupnya? Cantik, kaya, punya kedudukan, karir bagus, dan baik pd suami. Inilah keinginan yg banyak muncul. Sebuah keinginan yg lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang ada wanita yg memiliki sifat demikian. Kebanyakan laki-laki lebih memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yg akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya
Apa yg sering diangankan oleh kebanyakan laki-laki tentang wanita yg bakal menjadi pendamping hidupnya? Cantik, kaya, punya kedudukan, karir bagus, dan baik pd suami. Inilah keinginan yg banyak muncul. Sebuah keinginan yg lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang ada wanita yg memiliki sifat demikian. Kebanyakan laki-laki lebih memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yg akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.

Seorang muslim yg shalih, ketika membangun mahligai rumah tangga maka yg menjadi dambaan dan cita-citanya adlh agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dgn baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat dgn kebahagiaan, adanya saling ta‘awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti. Dia jg mendamba memiliki istri yg pandai memposisikan diri untk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan tempat beristirahat dari ruwetnya kehidupan di luar. Ia berharap dari rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunannya yg shalih yg menjadi qurratu a‘yun (penyejuk mata) baginya.
Demikian harapan demi harapan dirajutnya sambil meminta kepada Ar-Rabbul A‘la (Allah Yang Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.
Tapi tentunya apa yg menjadi dambaan seorang muslim ni tak akan terwujud dgn baik terkecuali bila wanita yg dipilihnya untk menemani hidupnya adlh wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yg dpt menjadi teman hidup yg sebenarnya dlm suka maupun lara, yg akan membantu dan mendorong suaminya untk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya dlm diri wanita shalihah tertanam aqidah tauhid, akhlak yg mulia dan budi pekerti yg luhur. Dia akan berupaya ta‘awun dgn suaminya untk menjadikan rumah tangganya bangunan yg kuat lagi kokoh guna menyiapkan generasi Islam yg diridhai Ar-Rahman.
Sebaliknya, bila yg dipilih sebagai pendamping hidup adlh wanita yg tak terdidik dlm agama1 dan tak berpegang dgn agama, maka dia akan menjadi duri dlm daging dan musuh dlm selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga selalu sarat dgn keruwetan, keributan, dan perselisihan. Istri seperti inilah yg sering dikeluhkan oleh para suami, sampai-sampai ada di antara mereka yg berkata: Aku telah berbuat baik kepadanya dan memenuhi semua haknya tapi ia selalu menyakitiku.
Duhai kiranya wanita itu tahu betapa besar hak suaminya, duhai kiranya dia tahu akibat yg akan diperoleh dgn menyakiti dan melukai hati suaminya....! Tapi dari mana pengetahuan dan kesadaran itu akan didapatkan bila dia jauh dari pengajaran dan bimbingan agamanya yg haq? Wallahu Al-Musta‘an.

Keutamaan wanita shalihah
Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

الدُّÙ†ْÙŠَا Ù…َتاَعٌ ÙˆَØ®َÙŠْرُ Ù…َتَاعِ الدُّÙ†ْÙŠَا الْÙ…َرْØ£َØ©ُ الصَّالِØ­َØ©ُ

Sesungguhnya dunia itu adlh perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adlh wanita shalihah. (HR. Muslim no. 1467)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu:

Ø£َلاَ Ø£ُØ®ْبِرَÙƒَ بِØ®َÙŠْرِ Ù…َا ÙŠَÙƒْÙ†ِزُ الْÙ…َرْØ¡ُ، اَÙ„ْÙ…َرْØ£َØ©ُ الصَّالِØ­َØ©ُ، Ø¥ِذَا Ù†َظَرَ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡َا سَرَّتْÙ‡َ ÙˆَØ¥ِذَا Ø£َÙ…َرَÙ‡َا Ø£َØ·َاعَتْÙ‡َ ÙˆَØ¥ِذَا غَابَ عَÙ†ْÙ‡َا Ø­َفِظَتْÙ‡َ

Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya3, bila diperintah4 akan mentaatinya5, dan bila ia pergi si istri ni akan menjaga dirinya. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dlm Al-Jami’ush Shahih 3/57: Hadits ni shahih di atas syarat Muslim.)
Berkata Al-Qadhi ‘Iyyadh rahimahullah: Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dgn menganjurkan mereka kepada apa yg lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yg shalihah yg cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dpt bermusyawarah dengannya dlm perkara yg dpt membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dpt meminta bantuannya dlm keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu. (‘Aunul Ma‘bud, 5/57)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula bersabda:

Ø£َرْبَعٌ Ù…ِÙ†َ السَّعَادَØ©ِ: اَÙ„ْÙ…َرْØ£َØ©ُ الصَّالِØ­َØ©ُ، ÙˆَالْÙ…َسْÙƒَÙ†ُ الْÙˆَاسِعُ، Ùˆَالْجَارُ الصَّالِØ­ُ، ÙˆَالْÙ…َرْÙƒَبُ الْÙ‡َÙ†ِÙŠُّ. ÙˆَØ£َرْبَعٌ Ù…ِÙ†َ الشّÙ‚َاءِ: الْجَارُ السّوءُ، ÙˆَاَÙ„ْÙ…َرْØ£َØ©ُ السُّوءُ، ÙˆَالْÙ…َركَبُ السُّوءُ، ÙˆَالْÙ…َسْÙƒَÙ†ُ الضَّÙŠِّÙ‚ُ.

Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yg shalihah, tempat tinggal yg luas/ lapang, tetangga yg shalih, dan tunggangan (kendaraan) yg nyaman. Dan empat perkara yg merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yg jelek, istri yg jelek (tidak shalihah), kendaraan yg tak nyaman, dan tempat tinggal yg sempit. (HR. Ibnu Hibban dlm Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dlm Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dlm Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah, harta apakah yg sebaiknya kita miliki? Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

Ù„ِÙŠَتَّØ®ِذْ Ø£َØ­َدُÙƒُÙ…ْ Ù‚َÙ„ْبًا Ø´َاكِرًا ÙˆَÙ„ِسَاناً ذَاكِرًا ÙˆَزَÙˆْجَØ©ً Ù…ُؤْÙ…ِÙ†َØ©ً تُعِÙŠْÙ†ُ Ø£َØ­َدَÙƒُÙ…ْ عَÙ„َÙ‰ Ø£َÙ…ْرِ الآخِرَØ©ِ

Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yg bersyukur, lisan yg senantiasa berdzikir dan istri mukminah yg akan menolongmu dlm perkara akhirat. (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dlm Shahih Ibnu Majah no. 1505)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dgn anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bagi lelaki yg ingin menikah untk mengutamakannya dari yg selainnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تُÙ†ْÙƒَØ­ُ الْÙ…َرْØ£َØ©ُ ِلأََرْبَعٍ: Ù„ِÙ…َالِÙ‡َا ÙˆَÙ„ِØ­َسَبِÙ‡َا ÙˆَÙ„ِجَÙ…َالِÙ‡َا ÙˆَÙ„ِدِÙŠْÙ†ِÙ‡َا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّÙŠْÙ†ِ تَرِبَتْ ÙŠَدَاكَ

Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yg punya agama, engkau akan beruntung. (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebabdipersuntingnya seorang wanita dan ni merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yg biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Tapi dzahir hadits ni menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari, 9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: (فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّÙŠْÙ†ِ), maknanya: yg sepatutnya bagi seorang yg beragama dan memiliki muruah (adab) untk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dlm segala sesuatu terlebih lagi dlm suatu perkara yg akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untk mendapatkan seorang wanita yg memiliki agama di mana hal ni merupakan puncak keinginannya. (Fathul Bari, 9/164)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: Dalam hadits ni ada anjuran untk berteman/ bersahabat dgn orang yg memiliki agama dlm segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yg baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka. (Syarah Shahih Muslim, 10/52)

Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَالصَّالِØ­َاتُ Ù‚َانِتَاتٌ Ø­َافِظَاتٌ Ù„ِÙ„ْغَÙŠْبِ بِÙ…َا Ø­َفِظَ اللَّÙ‡ُ

Wanita (istri) shalihah adlh yg taat lagi memelihara diri ketika suaminya tak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka. (An-Nisa: 34)
Dalam ayat yg mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adlh taat kepada Allah dan kepada suaminya dlm perkara yg ma‘ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullah berkata: Tugas seorang istri adlh menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: Wanita shalihah adlh yg taat, yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Lagi memelihara diri ketika suaminya tak ada. Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dgn menjaga dirinya dan harta suaminya. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dgn istri-istrinya sampai beliau bersumpah tak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَسَÙ‰ رَبُّÙ‡ُ Ø¥ِÙ†ْ Ø·َÙ„َّÙ‚َÙƒُÙ†َّ Ø£َÙ†ْ ÙŠُبْدِÙ„َÙ‡ُ Ø£َزْÙˆَاجًا Ø®َÙŠْرًا Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ†َّ Ù…ُسْÙ„ِÙ…َاتٍ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†َاتٍ Ù‚َانِتَاتٍ تآئِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سآئِØ­َاتٍ Ø«َÙŠِّبَاتٍ ÙˆَØ£َبْÙƒَارًا

Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dgn istri-istri yg lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ‘abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis. (At-Tahrim: 5)
Dalam ayat yg mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yg shalihah yaitu:
a. Muslimat: wanita-wanita yg ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), tunduk kepada perintah Allah ta‘ala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yg membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala
c. Qanitat: wanita-wanita yg taat
d. Taibat: wanita-wanita yg selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yg ditetapkan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yg disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. ‘Abidat: wanita-wanita yg banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan mentauhidkannya karena semua yg dimaksud dgn ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di dlm Al-Qur’an adlh tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma).
f. Saihat: wanita-wanita yg berpuasa. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan:

Ø¥ِذَا صَÙ„َّتِ الْÙ…َرْØ£َØ©ُ Ø®َÙ…ْسَÙ‡َا، Ùˆَصَامَتْ Ø´َÙ‡ْرَÙ‡َا، ÙˆَØ­َفِظَتْ فَرْجَÙ‡َا، ÙˆَØ£َØ·َاعَتْ زَÙˆْجَÙ‡َا، Ù‚ِÙŠْÙ„َ Ù„َÙ‡َا: ادْØ®ُÙ„ِÙŠ الْجَÙ†َّØ©َ Ù…ِÙ†ْ Ø£َÙŠِّ Ø£َبْÙˆَابِ الْجَÙ†َّØ©ِ Ø´ِئْتِ

Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dlm surga dari pintu mana saja yg engkau sukai. (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dlm Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Dari dalil-dalil yg telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yg shalihah adlh sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dgn mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dgn sesuatupun.
2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, terus menerus dlm ketaatan kepada-Nya dgn banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Menjauhi segala perkara yg dilarang dan menjauhi sifat-sifat yg rendah.
4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yg laghwi, tak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5. Menaati suami dlm perkara kebaikan bukan dlm bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6. Menjaga dirinya ketika suami tak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yg hendak menyentuh, dari mata yg hendak melihat, / dari telinga yg hendak mendengar. Demikian jg menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ni berdasarkan dalil-dalil yg disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Ø£َلاَ Ø£ُØ®ْبِرُÙƒُÙ…ْ بِÙ†ِسَائِÙƒُÙ…ْ Ù…ِÙ†ْ Ø£َÙ‡ْÙ„ِ الْجَÙ†َّØ©ِ؟ اَÙ„ْÙˆَدُÙˆْدُ الْÙˆَÙ„ُÙˆْدُ الْعَؤُÙˆْدُ عَÙ„َÙ‰ زَÙˆْجِÙ‡َا، الَّتِÙ‰ Ø¥ِذَا غَضِبَ جَاءَتْ Ø­َتَّÙ‰ تَضَعَ ÙŠَدَÙ‡َا فِÙŠ ÙŠَدِ زَÙˆْجِÙ‡َا، ÙˆَتَÙ‚ُÙˆْÙ„ُ: لاَ Ø£َذُوقُ غَضْÙ…ًا Ø­َتَّÙ‰ تَرْضَÙ‰

Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yg menjadi penghuni surga yaitu istri yg penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pd tangan suaminya seraya berkata: Aku tak dpt tidur sebelum engkau ridha. (HR. An-Nasai dlm Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yg semacamnya.
3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yg berkenaan dgn hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: Barangkali ada seorang suami yg menceritakan apa yg diperbuatnya dgn istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yg mengabarkan apa yg diperbuatnya bersama suaminya? Maka mereka semua diam tak ada yg menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami). Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

فَلاَ تَفْعَÙ„ُوا، فَØ¥ِÙ†َّÙ…َا ذَÙ„ِÙƒَ Ù…ِØ«ْÙ„ُ الشَّÙŠْØ·َانِ Ù„َÙ‚ِÙŠَ Ø´َÙŠْØ·َانَØ©ً فِÙŠ Ø·َرِÙŠْÙ‚ٍ فَغَØ´ِÙŠَÙ‡َا Ùˆَالنَّاسُ ÙŠَÙ†ْظُرُÙˆْÙ†َ

Jangan lagi kalian lakukan, karena yg demikian itu seperti syaithan jantan yg bertemu dgn syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya. (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dlm Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yg menjadikan hadits ni shahih / paling sedikit hasan)
4. Selalu berpenampilan yg bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Ø£َلاَ Ø£ُØ®ْبِرَÙƒَ بِØ®َÙŠْرِ Ù…َا ÙŠَÙƒْÙ†ِزُ الْÙ…َرْØ¡ُ، اَÙ„ْÙ…َرْØ£َØ©ُ الصَّالِØ­َØ©ُ، Ø¥ِذَا Ù†َظَرَ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡َا سَرَّتْÙ‡َ ÙˆَØ¥ِذَا Ø£َÙ…َرَÙ‡َا Ø£َØ·َاعَتْÙ‡َ ÙˆَØ¥ِذَا غَابَ عَÙ†ْÙ‡َا Ø­َفِظَتْÙ‡َ

Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ni akan menjaga dirinya. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dlm Al-Jami’ush Shahih 3/57: Hadits ni shahih di atas syarat Muslim.)
5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tak menyibukkan dirinya dgn melakukan ibadah sunnah yg dpt menghalangi suaminya untk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ ÙŠَØ­ِÙ„ُّ Ù„ِÙ„ْÙ…َرْØ£َØ©ِ Ø£َÙ†ْ تَصُومَ ÙˆَزَÙˆْجُÙ‡َا Ø´َاهِدٌ Ø¥ِلاَّ بِØ¥ِذْÙ†ِÙ‡ِ

Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dgn izinnya. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adlh kaum wanita yg kufur. Ada yg bertanya kepada beliau: Apakah mereka kufur kepada Allah? Beliau menjawab: Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tak berkenan baginya) niscaya dia berkata: Aku tak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali. (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jg pernah bersabda:

لاَ ÙŠَÙ†ْظُرُ اللهُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ امْرَØ£َØ©ٍ لاَ تَØ´ْÙƒُرُ Ù„ِزَÙˆْجِÙ‡َا ÙˆَÙ‡ِÙŠَ لاَ تَسْتَغْÙ†ِÙŠ عَÙ†ْÙ‡ُ

Allah tak akan melihat kepada seorang istri yg tak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya. (HR. An-Nasai dlm Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)
7. Bersegera memenuhi ajakan suami untk memenuhi hasratnya, tak menolaknya tanpa alasan yg syar‘i, dan tak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

ÙˆَالَّذِÙŠ Ù†َفْسِÙŠ بِÙŠَدِÙ‡ِ Ù…َا Ù…ِÙ†ْ رَجُÙ„ٍ ÙŠَدْعُÙˆ امْرَØ£َتَÙ‡ُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ فِرَاشِÙ‡ِ فَتَØ£ْبَÙ‰ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ Ø¥ِلاَّ Ùƒَانَ الَّذِÙŠ فِÙŠ السَّÙ…َاءِ سَاخِØ·ًا عَÙ„َÙŠْÙ‡َا Ø­َتَّÙ‰ ÙŠَرْضَÙ‰ عَÙ†ْÙ‡َا

Demi Dzat yg jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yg di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya. (HR. Muslim no.1436)

Ø¥ِذَا بَاتَتِ الْÙ…َرْØ£َØ©ُ Ù…ُÙ‡َاجِرَØ©ً فِرَاشَ زَÙˆْجِÙ‡َا Ù„َعَÙ†َتْÙ‡َا الْÙ…َلاَئِÙƒَØ©ُ Ø­َتَّÙ‰ تَرْجِعَ

Apabila seorang istri bermalam dlm keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya). (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)
Demikian yg dpt kami sebutkan dari keutamaan dan sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi taufik kepada kita agar dpt menjadi wanita yg shalihah, amin.

1 Atau ia belajar agama tapi tak mengamalkannya
2 Tempat untk bersenang-senang (Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam As-Sindi rahimahullah, 6/69)
3 Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir / karena bagusnya akhlaknya secara batin / karena dia senantiasa menyibukkan dirinya untk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (Ta‘liq Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun Nikah, bab Afdhalun Nisa, 1/596, ‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
4 Dengan perkara syar‘i / perkara biasa (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
5 Mengerjakan apa yg diperintahkan dan melayaninya (‘Aunul Ma‘bud, 5/56)
6 Bukan dlm bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena tak ada ketaatan kepada makhluk dlm bermaksiat kepada Al-Khaliq.
7 Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya tak akan menceraikan istri-istrinya (ummahatul mukminin), akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang kekuasaan-Nya, bila sampai Nabi menceraikan mereka, Dia akan menggantikan untk beliau istri-istri yg lebih baik daripada mereka dlm rangka menakuti-nakuti mereka. Ini merupakan pengabaran tentang qudrah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ancaman untk menakut-nakuti istri-istri Nabi , bukan berarti ada orang yg lebih baik daripada shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/126) dan bukan berarti istri-istri beliau tak baik bahkan mereka adlh sebaik-baik wanita. Al-Qurthubi rahimahullah berkata: Permasalahan ni dibawa kepada pendapat yg mengatakan bahwa penggantian istri dlm ayat ni merupakan janji dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untk Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, seandainya beliau menceraikan mereka di dunia Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menikahkan beliau di akhirat dgn wanita-wanita yg lebih baik daripada mereka. (Al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, 18/127)

source : http://merdeka.com, http://log.viva.co.id

0 Response to "Istri Shalihah, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *